21 Juni 2012

Sabuk Putih

Jigoro Kano, pencipta ilmu bela diri Yudo, dikenal memiliki kemauan yang luar biasa dalam belajar. Ia mempelajari Jujitsu yang hampir punah, lalu mengubah seni bela diri ini dengan memasukkan prinsip-prinsip olahraga modern, yang kemudian dikenal sebagai Yudo. Saat ini Yudo menjadi bela diri resmi polisi Jepang dan merupakan olahraga bela diri Timur pertama yang dipertandingkan di Olimpiade.

Menjelang kematiannya, Kano memanggil murid-muridnya untuk menyampaikan kata-kata terakhir, pintanya, “Jika kalian menguburkan aku, jangan kuburkan aku dengan sabuk hitam. Kuburkan aku dengan sabuk putih.” Sabuk putih adalah simbol yudoka pemula—murid yang belum piawai dan masih harus banyak berlatih. Inilah pelajaran tentang kerendahan hati dan kerelaan untuk belajar yang luar biasa.

Baca selanjutnya...

20 Juni 2012

Jangan Percaya Bujuk Rayu

Konon, seorang pemuda Indian Merah mendaki sebuah gunung yang tinggi untuk menguji tingkat kedewasaannya. Sesampai di puncak gunung, tak dapat dilukiskan perasaannya. Ia merasa seakan-akan berdiri di tepi dunia. Serasa ia telah menaklukkan dunia. Ia bangga sekali.

Ketika sedang dimabuk keberhasilannya itu, tiba-tiba ia mendengar suara gemerisik di sekitar kakinya, dan ketika ia melihat ke kakinya, ia melihat seekor ular berbisa. Ia bermaksud menghindar, tetapi sebelum melakukan usaha apa pun, terdengar ular itu berkata, “Jangan takut, aku tidak akan melukaimu. Aku sangat lapar dan akan mati kedinginan di sini. Masukkan aku ke dalam bajumu dan bawalah aku ke lembah.”

Baca selanjutnya...

17 Juni 2012

Baktiku kepada Ibu

Ini adalah kisah seorang ibu, pencari rumput dan petani. Ia merasa sangat senang karena anaknya bisa lulus SD dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke SMP. Selain mendapat beasiswa berupa uang, ternyata anak laki-laki satu-satunya ini, mendapat seekor kambing.

Bahagia tentu saja, karena kambing merupakan harta benda yang sangat besar nilainya bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Singkat cerita, setelah lulus SMP si anak melanjutkan ke SMA, juga dengan beasiswa, karena memang dia pandai.

Baca selanjutnya...

08 Juni 2012

Si Pandir

Si Pandir bingung. Ia diundang ke dua undangan pesta pada hari dan jam yang sama. Pesta di Utara terkenal sangat lezat hidangannya, tetapi sayang terlalu sedikit porsi yang disajikan. Pesta di Selatan, wah, luar biasa banyak hidangan yang bisa disantap, tetapi makanan di sana tak begitu enak, hambar.

Si Pandir mondar-mandir dari Selatan menuju Utara, balik ke Selatan lagi, berputar kembali ke Utara. Ia tidak bisa memutuskan. Si Pandir yang bimbang akhirnya memburu langkah ke Utara, tetapi terlambat, pesta sudah rampung. Lalu ia balik ke Selatan, mengejar waktu, sesampai di sana, hidangan pun habis, tak ada lagi yang tersisa. Si Pandir gigit jari. Ia kehabisan waktu, kedua pesta itu sudah usai.

Baca selanjutnya...